KOMPAS. com kacau Perusahaan-perusahaan raksasa teknologi di China mendapat kritikan global karena dianggap membantu pemerintah negeri tersebut menerapkan represi terhadap etnis minoritas seperti Muslim Uighur.
Alibaba belakangan diketahui juga melakukan hal serupa melalui divisi bisnis komputasi awannya, Alibaba Cloud. Sebuah laporan dari lembaga independen IPVM menyebutkan bahwa Alibaba Cloud menyisipkan algoritma pengenal wajah orang dari etnis Uighur pada layanannya.
Mengaji juga: Tersandung Regulasi Anti-monopoli, Alibaba dan Tencent Didenda Rp 1 Miliar
Peristiwa ini diketahui dari penjelasan menerjang layanan Alibaba Cloud untuk wilayah China di situsnya. Di kian tertera bahwa pengenal wajah Alibaba Cloud secara spesifik mampu mengidentifikasi wajah orang dari etnis dimaksud.
Penjelasan yang sama tidak ada dalam situs Alibaba Cloud cara internasional. Karena itu, kemampuan tanda wajah etnis minoritas mungkin hanya berlaku untuk layanannya di provinsi China saja.

Pemerintah China memang menyensor internet domestiknya secara ketat dan tidak segan menghukum pihak-pihak yang mengabaikan ketentuan. Lantaran ini, ada hajat moderasi otomatis untuk perusahaan yang kemudian dipenuhi oleh layanan kaya Alibaba Cloud.
China menarget orang-orang dari etnis minoritas Muslim seperti Uighur dan Kazakh dalam kerangka “kontra terorisme” karena menganggap itu membahayakan keamanan nasional.
Baca juga: Perusahaan Jack Ma Gagal Melantai di Bursa Usai Kritik Pemerintah China
Kehadiran para etnis minoritas di internet pun diredam. Dengan teknologi tanda wajah seperti ini, Alibaba Cloud bisa mengidentifikasi konten -seperti video- yang menampilkan orang berwajah Uighur, kemudian menandainya untuk dihapus pra dilihat banyak orang.
Menurut IPVM, teknologi Alibaba Cloud mampu mengidentifikasi wajah di konten video atau gambar apapun. Walaupun demikian, IPVM tidak menemukan mencontoh penerapannya di lapangan.
Alibaba Cloud adalah penyedia layanan cloud terbesar di China yang mencatat nilai penjualan sebesar 5, 6 miliar dollar AS (sekitar Rp 80 triliun) di tahun fiskal 2020. Pelanggannya pada seluruh dunia diklaim mencapai kisaran 3 juta.
Tanggapan Alibaba
Alibaba segera mengeluarkan simpulan atas tudingan membantu pengawasan etnis minoritas seperti tersebut di atas. Perusahaan yang didirikan oleh Jack Ma itu berkata menyesali pengembangan “teknologi pengenal wajah” oleh Alibaba Cloud.